Pengakuan kemerdekaan Indonesia dari
Mesir, India, dan Australia
1)
Mesir
Pada Tahun 1945 di Bulan Agustus
Tanggal 17 terdapat Sebuah Negara yang terletak di antara Benua Asia dan Benua
Australia serta Samudera Hindia dan Samudera Pasifik yang mayoritas penduduknya
memeluk agama islam telah memproklamasikan kemerdekaan bangsanya. Sebuah Negara
baru muncul setelah dijajah oleh 2 negara yaitu Jepang dan Belanda. Dengan
munculnya Negara baru bernama Indonesia, Di Mesir sebuah Organisasi Islam, Al-
Ikhwan Al-Muslimun yang dipimpin Syaikh Hasan Al- Banna telah memperlihatkan
respon positif terhadap kemerdekaan Indonesia. Ia menggalang opini umum lewat
pemberitaan media yang memberikan kesempatan luas kepada para Mahasiswa
Indonesia yang berada di Mesir untuk menulis tentang kemerdekaan Indonesia untuk
disebarluaskan baik melalui Koran lokal ataupun acara tabligh akbar.
Hal lain juga dilakukan oleh para pemuda Mesir dengan
berdemo di Kedutaan Belanda di Kairo. Mereka tidak hanya menggunakan slogan
atau spanduk tetapi juga melakukan pelemparan batu, aksi pembakaran, dan
teriakan permusuhan terhadap Belanda. Hal ini membuat Kedutaan Belanda di Kairo
ketakutan. Mereka langsung mencopoti lambang Negara Belanda dan menurunkan
Bendera Belanda yang berkibar di puncak gedung. Hal itu dilakukan agar tidak mudah
dikenali oleh para demonstran.
Reaksi kuat yang ditunjukkan Mesir
atas kemerdekaan Indonesia itulah yang membuat Mesir pada 22 Maret 1946
mengakui kedaulatan pemerintah Indonesia. Dengan demikian Mesir menjadi
satu-satunya Negara pertama yang mengakui kemerdekaan Indonesia. Pengakuan
Mesir terhadap Indonesia tidak serta merta didapatkan dengan cara yang mudah,
tetapi melewati proses yang cukup panjang dan heroik. Begitu mendapatkan
informasi bahwa Indonesia telah memproklamasikan kemerdekaan ke seluruh dunia,
Mesir langsung mengirimkan Konsul Jenderalnya bernama Abdul Mun’im ke
Yogyakarta yang dulunya menjadi ibu kota Indonesia.
Setelah Mesir mengirimkan Konsul Jenderal mereka ke
Indonesia, Pengakuan Mesir terhadap Indonesia diperkuat dengan ditandatanganinya
Perjanjian Persahabatan antara Indonesia dengan Mesir di Kairo. Menjelang
ditandatanganinya Perjanjian tersebut Duta Besar Belanda melakukan protes
sebelum ditandatanganinya perjanjian tersebut. Menanggapi protes tersebut PM
Mesir menjawabnya “Menyesal kami harus menolak protes Tuan, sebab Mesir selaku
Negara berdaulat dan sebagai Negara yang berdasarkan Islam tidak bisa tidak
mendukung perjuangan bangsa Indonesia yang beragama islam. Ini adalah tradisi
bangsa Mesir dan tidak dapat diabaikan.
Selain dukungan yang diberikan Mesir terhadap Kemerdekaan
Indonesia Liga Arab pun juga mendukung. Disebabkan Karena persaudaran sesama
islam, Liga Arab mendukung dan mengakui kedaultan Indonesia. Pemerintah
Indonesia dalam hal ini Ir. Soekarno langsung mengirimkan delegasi Indonesia ke
Mesir pada tanggal 7 April 1946 sebagai rasa terimakasih Pemerintah Indonesia
terhadap Pemerintah Mesir. Pengiriman Delegasi Indonesia pada tanggal tersebut
menjadikan delegasi pertama yang dilakukan pemerintah RI ke luar negeri setelah
merdeka.
2.
India
Bangsa India dan bangsa Indonesia
sama-sama pernah dijajah oleh bangsa asing. India dijajah oleh Inggris dan
Indonesia dijajah oleh Belanda Inggris dan Jepang. Sebagai bangsa yang
sama-sama menentang penjajahan, terjalin rasa yang sama, senasib, dan
sependeritaan. Oleh karena itu ketika pemerintah dan rakyat India mengalami
bahaya kelaparan pemerintah Indonesia menawarkan bantuan berupa padi 500.000
ton. Peristiwa tersebut terkenal dengan india rice. India rice selain
untuk memberikan bantuan kepada India yang sedang dilanda kelaparan, juga
merupakan cara dari pemerintah untuk mendapatkan dukungan dari negara lain.
Perjanjian bantuan Indonesia kepada
India ditandatangani oleh Perdana Menteri Sjahrir dan K.L. Punjabi, wakil
pemerintah India (18 Mei 1946) Kesepakatan ini sebenarnya ialah barter antara
Indonesia dengan India. Hal ini terbukti dari dikirimkannya obat-obatan ke
Indonesia oleh India untuk membalas bantuan Indonesia. Hal ini juga dimaksudkan
untuk menembus blokade yang dilakukan Belanda terhadap Indonesia.
Penyerahan padi ini dilakukan pada
tanggal 20 Agustus 1946 d Probolinggo Jawa Timur, yang kemudian diangkut ke
India dengan kapal laut yang disediakan oleh pemerintah India sendiri.
Diplomasi beras in sebenarnya ditentang oleh Belanda, karena gaung yang
ditimbulkan menyebabkan Indonesia semakin mendapat simpati dari negara lain.
Ketika Jenderal Spoor melakukan
Agresi Belanda ke-II tanggal 19 Desember 1948, India merupakan salah satu
negara yang mengkutuk tindakan Belanda tersebut. Reaksi keras itu diwujudkan
dalam penyelenggaraan Konferensi Asia di New Delhi atas prakarsa Perdana
Menteri India, Pandit Jawaharlal Nehru dan Perdana Menteri Birma U Aung San.
Konferensi ini dihadiri oleh negara-negara asia, seperti: Pakistan, Afganistan,
Sri Lanka,Nepal, Libanon, Siria, dan Irak. Delegasi Afrika berasal dari Mesir
dan Ethiopia. Konferensi ini juga dihadiri utusan dari Australia, sedang
Indonesia dalam ini diwakili oleh Dr. Sudarsono.
Konferensi Asia di New Delhi ini
dilaksanakan selama empat hari, mulai dari tanggal 20 sampai dengan tanggal 25
Januari 1949. Resolusi yang dihasilkan mengenai masalah Indonesia adalah
sebagai berikut:
1. Pengembalian
pemerintah Republik Indonesia ke Yogyakarta
2. Pembentukan
Pemerintah ad interim yang mempunyai kemerdekaan dalam politik luar negeri, sebelum tanggal 15 Maret 1949
3. Penarikan
tentara Belanda dari seluruh Indonesia
4. Penyerahan
kedaulatan kepada pemerintah Indonesia Serikat paling lambat 1 Januari 1950
3. Australia
Wilayah Hindia Belanda, yang dikenal
warga Australia saat itu dengan sebutan Netherlands East Indies
memproklamasikan kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945. Australia barulah
mengenal sebutan Negara Indonesia dan segera menyusun langkah-langkah baru
untuk mengakui kedaulatan negara tetangga terdekatnya. Proklamasi Kemerdekaan
Republik Indonesia oleh Soekarno-Hatta langsung menarik perhatian dunia.
Peristiwa tersebut menjadi bentuk pernyataan perlawanan untuk merdeka yang
pertama kalinya dari negara jajahan.
Australia, yang saat itu bersekutu
dengan Belanda, terpaksa membuat kebijakan baru soal hubungannya dengan
Indonesia. Terlebih sebelumnya Australia hanya mengutamakan hubungan politik
dan ekonomi dengan Inggris. Sejarah mencatat Belanda telah berulang kali
mencoba melakukan agresi militer untuk merebut kembali kekuasaannya di
Indonesia. Beberapa tokoh nasionalis Indonesia, termasuk yang sedang berada di
Australia, mencoba melobi pemerintah Australia.
Sementara di pihak Australia, untuk
menunjukkan solidaritasnya, sekitar 4.000 pekerja kelautan bekerjasama dengan
pelaut Indonesia melancarkan aksi pemogokan dengan menolak melakukan bongkar
muat kapal-kapal Belanda yang membawa persenjataan milik Belanda. Di tahun
1945, Sutan Sjahrir pernah memberikan pidato yang disampaikan bagi warga
Australia. Sjahrir menyatakan Australia sebagai 'teman', dengan merujuk pada
pengalaman kedua negara dalam perang Pasifik melawan Jepang. Ia juga mengakui
kesuksesan Australia dengan membuat pasukan Jepang mundur.
Dalam pidatonya, Sjahrir juga berjanji
bahwa Indonesia yang merdeka akan selalu membantu membela kedaulatan Australia.
Inilah, yang menurut saksi sejarah Joe Isaac sebagai tonggak awal hubungan
antara Indonesia dan Australia. PemberitaanSydneyMorningHerald tanggal 25
September 1945 Foto:NationalLibrary of Australia Professor Joe Isaac pernah
menjadi asisten pribadi William Macmahon Ball, seorang dosen senior ilmu
politik di Universitas of Melbourne. Pasca Proklamasi kemerdekaan Republik
Indonesia, Macmahon Ball dipercaya memimpin delegasi Australia ke Indonesia. "Delegasi Australia bertemu Soekarno dan
kabinetnya, khususnya [Sutan] Sjahrir, perdana menteri saat itu, menjadi awal
penting dalam hubungan diplomatik kedua negara," kata Profesor Joe. Salah
satu permintaan yang diajukan PM Sjahrir adalah meminta masukan soal apa yang
bisa dilakukan Australia untuk bisa menyelesaikan masalah dengan pemerintah
Belanda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar