Kamis, 08 Desember 2011

Sejarah Tak Sekadar Hafalan

Setiap bangsa manapun di muka bumi ini, memiliki sejarahnya masing-masing, begitupun berlaku bagi setiap komunitas yang ada di dalamnya. Sejarah sebuah bangsa atau suatu masyarakat tertentu akan menjawab bagaimana masa lalu yang dialami oleh manusianya yang merupakan unsur utama pelaku sejarah itu sendiri.  Demikian pula “sejarah” tersebut akan mengungkapkan bagaimana alam pikir dimana manusia itu hidup, bagaimana terbentuknya kesatuan sosialnya, bagaimana terbentuk budaya masyarakatnya, adat istiadat, norma sosial dan tata krama masyarakat serta proses dinamika perubahannya. Sejarah juga menjelaskan apa makna dari simbol institusi dan pranata yang ada di dalamnya. Manusia sebagai mahluk sosial dan mahluk berpikir (Homo Homini Lupus), selain dapat ditinjau dari sudut sejarah, dapat dilihat pula dari sudut sosiologi, psikologi, anthropologi, ekonomi dan lain-lain
Ketertarikan siswa terhadap sejarah rendah, karena pelajaran sejarah selama ini sering dianggap hanya bersifat hafalan. Padahal, kurikulum yang diharapkan dalam pembelajaran sejarah lebih dari itu.
Dalam pembelajaran sejarah sebaiknya diarahkan kepada kegiatan-kegiatan yang mendorong siswa belajar aktif baik secara fisik, sosial, maupun psikis dalam memahami konsep. Oleh karena itu dalam proses pembelajaran hendaknya guru menggunakan           metode yang membuat  siswa banyak beraktifitas. Dengan banyaknya aktifitas yang dilakukan, diharapkan dapat menimbulkan rasa senang dan antusias siswa dalam belajar. Dengan demikian, pemahaman konsep yang diajarkan  semakin   baik dan hasil belajarnya akan meningkat.
Ada dua aspek yang diharapkan, yaitu pemahaman substansi yang bersifat kognitif dan psikomotorik. Selain itu, pembelajaran sejarah harus menanamkan sikap afektif dalam bentuk kesadaran sejarah.
Pembelajaran IPS sebaiknya dimulai dari lingkungan terdekat yang ada di sekitar siswa, mulai dari dirinya sendiri, keluarga, tetangga, lingkungan sekolah, masyarakat setempat kehidupan bernegara sampai menjadi bagian dari dunia. Tentunya dengan materi yang disesuaikan dengan dunia anak yang memandang dirinya sebagai pusat lingkungan yang merupakan suatu keseluruhan dengan pemaknaan secara holistik yang berangkat dari hal yang bersifat konkrit.
''Sejarah bukan sekedar hafalan. Karena itu, perlu ada inovasi terhadap metode, pendekatan, dan media pembelajaran,''. Untuk itu guru harus kreatif dalam mendesain metode pembelajaran yang disenangi dan bermakna bagi siswa sehingga siswa dapat menghubungkan konsep yang dipelajarinya dengan dunia anak dalam kehidupannya sehari-hari. Dengan demikian diharapkan siswa dapat lebih mudah memahami materi yang diberikan. (Selamet Kamso)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar