CARA BERPIKIR SEJARAH
Berpikir sejarah merupakan salahsatu proses berpikir
ilmiah. Sarana
berpikir
ilmiah digunakan
sebagai
alat
bagi Ilmu Sejarah
untuk mengembangkan materi pengetahuannya berdasarkan metode-metode ilmiah. Dalam mendapatkan pengetahuan ilmiah pada dasarnya ilmu
menggunakan penalaran yang
berfungsi untuk membantu proses metode ilmiah. Kemampuan
berpikir ilmiah yang baik sangat didukung
oleh penguasaan sarana berpikir dengan baik pula,
maka dalam proses berpikir ilmiah diharuskan untuk mengetahui dengan benar peranan masing-
masing sarana berpikir tersebut dalam
keseluruhan proses
berpikir ilmiah.
Sejarah sebagai salah satu cabang ilmu pengetahuan, tidak dapat lepas dari waktu terjadinya sebuah peristiwa. Dalam memaparkan sebuah peristiwa sejarah sangat diperlukan sebuah cara berpikir yang
tepat sehingga peristiwa sejarah tidak mengalami distorsi (penyimpangan sejarah). Salah satunya adalah berpikir
diakronik. Apakah yang dimaksud
berpikir diakronik?
A.
Berpikir Diakronik
Diakronis berasal
dari bahasa Yunani,
dia artinya melintasi atau
melewati
dan khronos yang
berarti perjalanan waktu. Dengan demikian,
diakronis dapat diartikan sebagai suatu peristiwa yang
berhubungan dengan peristiwa-peristiwa sebelumnya
dan tidak berdiri sendiri atau timbul secara
tiba-tiba. Sebab sejarah meneliti gejala-gejala yang
memanjang
dalam waktu, tetapi dalam ruang
yang terbatas.
Konsep diakronis melihat bahwa peristiwa dalam sejarah mengalami perkembangan dan bergerak sepanjang
masa. Melalui proses inilah, manusia dapat melakukan perbandingan dan melihat perkembangan
sejarah kehidupan masyarakatnya dari jaman ke
jaman berikutnya. Suatu peristiwa
sejarah tidak bisa lepas dari peristiwa
sebelumnya dan akan mempengaruhi peristiwa yang akan datang. Sehingga, berfikir secara diakronis haruslah dapat memberikan
penjelasan secara kronologis
dan kausalita. Studi diakronis
bersifat
vertikal, misalnya menyelidiki perkembangan sejarah Indonesia
yang dimulai
sejak adanya prasasti di
Kutai sampai kini.
Adapun ciri diakronik yaitu:
a.
Mengkaji dengan berlalunya masa;
b.
Menitik beratkan pengkajian
pristiwa pada sejarahnya
c.
Bersifat historis atau komparatif;
d.
Bersifat vertikal;
e.
Terdapat konsep
perbandingan;
f. Cakupan kajian lebih luas;
Contohnya :
Kronologi
Pertempuran Ambarawa (20
Oktober – 15 Desember 1945)
1.
Tentara Sekutu yang diboncengi
NICA
mendarat di Semarang pada tanggal 20 Oktober 1945.
2.
Tanggal 23 November 1945
ketika matahari mulai
terbit,
mulailah terjadi tembak-menembak
antara para pejuang kemerdekaan dengan pasukan Sekutu.
3.
Kolonel Soedirman mengadakan rapat
dengan
para
Komandan Sektor TKR
dan
Laskar pada
tanggal 11 Desember 1945.
4.
Serangan mulai dilancarkan
pada tanggal 12 Desember 1945
pukul 4.30 pagi.
5.
Pertempuran berakhir pada tanggal 15 Desember 1945 dan Indonesia
B. Berpikir Sinkronik
Bagaimanakah berpikir sinkronik?
Kata sinkronis berasal dari bahasa Yunani “syn” yang berarti dengan, dan “khronos” yang berarti waktu, masa. Berpikir sinkronis dalam sejarah adalah mempelajari peristiwa yang sezaman, atau bersifat horisontal. Sinkronik artinya segala sesuatu yang bersangkutan dengan peristiwa yang terjadi di suatu masa/ruang tetapi terbatas dalam waktu.
Sinkronis artinya meluas
dalam ruang tetapi
terbatas
dalam waktu.
pengertian sejarah
secara sinkronik artinya mempelajari pristiwa
sejarah dengan berbagai aspeknya pada waktu atau kurun waktu yang tertentu atau terbatas. Kajian sinkronis sejarah mengandung kesistematisan tinggi, sedangkan kajian diakronis tidak.
Kajian sinkronis
justru lebih serius dan sulit.
Berdasarkan uraian di atas dapat di ambil kesimpulan bahwa pengertian berpikir sinkronik dalam sejarah adalah mempelajari (mengkaji) struktur (karakter) suatu peristiwa sejarah dalam kurun waktu tertentu atau dibatasi oleh waktu.
Bagaimanakah ciri-ciri sinkronik?
Ciri -Ciri sinkronik yakni sebagai berikut :
1.
Mengkaji
pada masa tertentu
2.
Menitik beratkan pengkajian
pada strukturnya(karakternya)
3.
Bersifat horizontal
4.
Tidak ada konsep perbandingan
5.
Cakupan kajian
lebih
sempit
6.
Memiliki sistematis yang tinggi
7. Bersifat lebih serius dan sulit
Contoh berpikir
sinkronik :
Anda pasti mengetahui
kapan Sumpah
Pemuda di laksanakan,
bagaimanakah dampak
sosial setelah terjadinya Peristiwa
Sumpah Pemuda
Tidak ada komentar:
Posting Komentar