Langkah-langkah
Penelitian sejarah
1. Heuristik
Heuristik adalah
metode pertama yang dilakukan dalam penelitian sejarah. Pada tahap ini, para
peneliti sejarah mencari dan menemukan sumber-sumber sejarah yang dibutuhkan.
Sumber yang bisa digunakan terbagi menjadi dua, yaitu:
a. Sumber primer: berasal langsung dari para pelaku sejarah, seperti naskah, prasasti, artefak, dokumen-dokumen, foto, bangunan, catatan harian, hasil wawancara, video, dll.
b. Sumber
sekunder: sumber
sekunder berasal dari pihak yang bukan pelaku sejarah,
melainkan pihak lain di luar para pelaku sejarah (peneliti
misalnya). Benda-benda yang termasuk sumber sekunder antara lain adalah
laporan penelitian, ensiklopedia, catatan lapangan peneliti, buku, dll.
Sebagai contoh, misalnya kamu ingin meneliti satu candi. Kamu harus mengetahui latar belakang candi tersebut melalui laporan penelitian ataupun buku. Kemudian untuk mendapatkan ukuran, foto, dan hal-hal lain yang aktual, kamu perlu mendapatkan data primer sehingga kamu harus mengunjungi candi tersebut secara langsung.
Meski begitu,
terdapat beberapa tantangan yang perlu dihadapi dalam mengumpulkan
sumber-sumber sejarah, seperti;
a.
bahasa:
bahasa yang digunakan dalam sumber sejarah bukanlah bahasa yang dipakai saat
ini, sehingga sulit dipahami. Misalnya, Bahasa Indonesia kuno atau Bahasa
Belanda kuno.
b.
Usia sumber sejarah: banyak sumber sejarah yang usianya sudah tua, sehingga
sangat rapuh jika disentuh/digunakan.
c.
Akses sumber sejarah: tidak semua orang bisa mengakses sumber sejarah yang
dibutuhkan.
d.
Sulit dipahami: ada
beberapa catatan sejarah yang menggunakan tulisan tangan dan terkadang sulit
dipahami.
2.
Kritik/Verifikasi
Setelah melakukan
heuristik, metode selanjutnya adalah kritik atau disebut juga verifikasi. Ini
adalah metode untuk autentikasi (membuktikan sumber sejarah yang
bersangkutan adalah asli) dan kredibilitas sumber sejarah. Ada dua macam kritik
yang dilakukan:
a. Kritik
estern (autentisitas): kritik
terhadap keakuratan dan keaslian sumber, seperti materi sumber
sejarah (dokumen dengan tulisannya) dan para pelaku sejarahnya. Aspek yang
dikaji adalah waktu (penanggalan), bahan pembuat sumber, dan pembuktian
keaslian.
b. Kritik
intern (kredibilitas): kritik
terhadap kredibilitas sumber. Artinya, peneliti perlu menguji isi
(konten) sumber, baik secara kebendaan maupun tulisan. Kritik intern yang dapat
dilakukan misalnya;
- melihat usia informan. Semakin tua usianya, umumnya daya ingat dan kemampuan panca inderanya sudah berkurang.
- Menganalisis peran
informan dalam peristiwa sejarah yang sedang diteliti.
- Melakukan cek
silang antara informan satu dengan informan lainnya.
3.
Interpretasi/Eksplanasi
Metode penelitian
sejarah yang ketiga adalah interpretasi. Di sini peneliti melakukan penafsiran
akan makna atas fakta-fakta yang ada serta hubungan antara berbagai fakta yang
harus dilandasi oleh sikap objektif. Kalaupun membutuhkan sikap subjektif,
haruslah subjektif rasional. Rekonstruksi peristiwa sejarah disampaikan
secara deskriptif dan harus menghasilkan sejarah yang benar atau mendekati
kebenaran. Ada dua cara melakukan interpretasi, yaitu analisis (menguraikan)
dan sintesis (menyatukan).
Pada metode ketiga
ini, peneliti dituntut untuk berimajinasi yang terbatas. Batasan
di sini adalah fakta-fakta sejarah yang ada tidak boleh
menyimpang. Selain itu peneliti harus sangat berhati-hati karena di sini sangat
rentan bagi peneliti untuk memasukkan sisi subjektifnya.
4.
Historiografi/Penulisan Sejarah
Metode terakhir adalah
historiografi. Penulisan sejarah merupakan upaya peneliti sejarah dalam
melakukan rekonstruksi sumber-sumber yang telah ditemukan, diseleksi, dan
dikritisi. Pada tahap ini, peneliti perlu memperhatikan beberapa kaidah
penulisan, seperti;
- bahasa dan format
penulisan yang digunakan harus baik dan benar menurut tata bahasa.
- Memperhatikan
konsistensi, misalnya penggunaan tanda baca, penggunaan istilah, dan rujukan
sumber.
- Istilah dan
kata-kata tertentu harus digunakan sesuai konteks permasalahannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar