PERGERAKAN NASIONAL
Sarekat Islam (SI)
Pada
mulanya Sarekat Islam adalah sebuah perkumpulan para pedagang yang bernama
Sarekat Dagang Islam (SDI). Pada tahun 1911, SDI didirikan di kota Solo oleh H.
Samanhudi sebagai suatu koperasi pedagang batik Jawa. Garis yang diambil oleh
SDI adalah kooperasi, dengan tujuan memajukan perdagangan Indonesia di bawah
panji-panji Islam. Keanggotaan SDI masih terbatas pada ruang lingkup pedagang, maka
tidak memiliki anggota yang cukup banyak. Oleh karena itu agar memiliki anggota
yang banyak dan luas ruang lingkupnya, maka pada tanggal 18 September 1912, SDI
diubah menjadi SI (Sarekat Islam)
Organisasi
Sarekat Islam (SI) didirikan oleh beberapa tokoh SDI seperti H.O.S
Cokroaminoto, Abdul Muis, dan H. Agus Salim. Sarekat Islam berkembang pesat
karena bermotivasi agama Islam. Latar belakang ekonomi berdirinya Sarekat Islam
adalah:
- perlawanan terhadap para pedagang perantara (penyalur) oleh orang Cina,
- isyarat pada umat Islam bahwa telah tiba waktunya untuk menunjukkan kekuatannya, dan
- membuat front melawan semua penghinaan terhadap rakyat bumi putera.
Tujuan
yang ingin dicapai sesuai dengan anggaran dasarnya adalah:
- mengembangkan jiwa berdagang,
- memberi bantuan kepada anggotanya yang mengalami kesukaran,
- memajukan pengajaran dan semua yang mempercepat naiknya derajat bumi putera,
- menentang pendapat-pendapat yang keliru tentang agama Islam,
- tidak bergerak dalam bidang politik, dan
- menggalang persatuan umat Islam hingga saling tolong menolong.
Kecepatan
tumbuhnya SI bagaikan meteor dan meluas secara horizntal. SI merupakan
organisasi massa pertama di Indonesia. Antara tahun 1917 sampai dengan 1920
sangat terasa pengaruhnya di dalam politik Indonesia. Untuk menyebarkan
propaganda perjuangannya, Sarekat Islam menerbitkan surat kabar yang bernama
Utusan Hindia.
Pada
tanggal 29 Maret 1913 para pemimpin SI mengadakan pertemuan dengan Gubernur
Jenderal Idenburg untuk memperjuangkan SI berbadan hukum. Jawaban dari Idenburg
pada tanggal 29 Maret 1913, yaitu SI di bawah pimpinan H.O.S Cokroaminoto tidak
diberi badan hukum. Ironisnya yang mendapat pengakuan pemerintah kolonial
Belanda (Gubernur Jenderal Idenburg) justru cabang-cabang SI yang ada di
daerah.
Ini
suatu taktik pemerintah kolonial Belanda dalam memecah belah persatuan SI.
Bayangan perpecahan muncul dari pandangan yang berbeda antara H.O.S
Cokroaminoto dengan Semaun mengenai kapitalisme. Menurut Semaun yang memiliki
pandangan sosialis, bergandeng dengan kapitalis adalah haram. Dalam kongres SI
yang dilaksanakan tahun 1921, ditetapkan adanya disiplin partai rangkap
anggota. Setiap anggota SI tidak boleh merangkap sebagai anggota organisasi
lain terutama yang beraliran komunis. Akhirnya SI pecah menjadi dua yaitu SI
Putih dan SI Merah.
- SI Putih, yang tetap berlandaskan nasionalisme dan Islam. Dipimpin oleh H.O.S. Cokroaminoto, H. Agus Salim, dan Suryopranoto yang berpusat di Yogyakarta.
- SI Merah, yang berhaluan sosialisme kiri (komunis). Dipimpin oleh Semaun, yang berpusat di Semarang.
Dalam
kongresnya di Madiun, SI Putih berganti nama menjadi Partai Sarekat Islam
(PSI). Kemudian pada tahun 1927 berubah lagi menjadi Partai Sarekat Islam
Indonesia (PSII). Sementara itu, SI Sosialis/Komunis berganti nama menjadi
Sarekat Rakyat (SR) yang merupakan pendukung kuat Partai Komunis Indonesia
(PKI).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar