SEJARAH PEMINATAN
KELAS X IPS
A.
KEDUDUKAN
SEJARAH
1.
Sejarah sebagai peristiwa, kisah, ilmu dan seni
Sejarah merupakan peristiwa yang pernah dialami oleh manusia pada masa
lampau. Kemudian peristiwa-peristiwa tersebut dikisahkan kembali setelah
terlebih dahulu dikaji berdasarkan metodologi disiplin ilmu sejarah. Sehingga kisah
tentang peristiwa sejarah tersebut dapat dipercaya kebenarannya, karena
didasarkan pada bukti-bukti autentik yang berhubungan dengan ruang, waktu dan
manusia. Agar didalam memaparkan kembali peristiwa-peristiwa tersebut dapat
menggambarkan pada kejadian yang sesungguhnya, maka dibutuhkan daya imajinasi
yang kuat. Di mana dalam memaparan kembali peristiwa sejarah tersebut, seorang
penulis harus dapat membayangkan tempat, waktu dan tokoh-tokoh yang berperanan
pada saat peristiwa itu terjadi.
2. Sejarah sebagai
peristiwa
Sejarah sebagai peristiwa ( history as event )
merupakan sejarah sebagaimana terjadinya peristiwa ( histoir realite
) yang berhubungan dengan perubahan didalam kehidupan manusia. Oleh karena itu
peristiwa sejarah harus saling berkaitan dengan peristiwa yang lain, serta
memiliki hubungan sebab akibat. Peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa
lampau menjadi materi yang sangat penting dalam pembahasan ilmu sejarah. Menurut
r. Mohammad ali sejarah sebagai peristiwa ( res gestae )
disebut sejarah objektif karena menunjuk pada peristiwa atau kejadian itu
sendiri. Sejarah sebagai peristiwa hanya berlangsung satu kali serta tidak
memuat unsur-unsur subjektif baik pelaku maupun saksi sejarah. Tidak semua
peristiwa menjadi sejarah apabila tidak ada hubungannya dengan peristiwa yang
lain.
3. Sejarah
sebagai kisah
Sejarah sebagai kisah ( history as narative )
adalah cerita sejarah yang disusun dari
catatan, kesan dan tafsiran manusia terhadap kejadian yang berlangsung pada
masa lampau. Sejarah sebagai peristiwa bersifat subjektif karena dipengaruhi
oleh latar belakang kepribadian dan sifat sejarawan. Sejarah yang demikian ini
dalam kehidupan sehari-hari dikenal sebagai cerita tertulis yang dapat dibaca
oleh setiap orang dalam majalah, koran, tabloid dan sebagainya.
Menurut huizinga seorang sejarawan dari belanda
mengatakan bahwa sejarah adalah suatu kisah yang telah berlalu. Sejarah sebagai
kisah ( histoire recite ) mencoba menangkap dan memahami
sejarah sebagaimana terjadinya ( histoire realite ).
Sejarah seperti ini merupakan narasi yang disusun berdasarkan memori, kesan dan
tafsiran terhadap kejadian masa lampau. Maka sejarah seperti ini bersifat
subjektif karena dipengaruhi oleh faktor-faktor kepentingan dan nilai yang
diperjuangankan, kelompok sosial, perbendaharaan pengetahun yang dimiliki,
serta kemampuan bahasa yang dimiliki.
Setiap kejadian masa lampau meninggalkan jejak-jejak sejarah yang sangat
penting sebagai sumber untuk menyusun kisah sejarah. Jejak-jejak sejarah berisi
rangkaian kejadian dalam lingkup kehidupan manusia yang menjadi sumber penting
untuk penulisan sejarah. Penulisan sejarah sebagai kisah tidak hanya melihat
sebagaimana suatu peristiwa itu terjadi, tetapi harus memperhatikan
faktor-faktor pendukung munculnya peristiwa.
4. Sejarah sebagai ilmu
Untuk memahami sejarah sebagai ilmu terlebih dahulu harus mengerti apa
itu pengertian ilmu. Ilmu adalah pengetahuan yang disusun secara sistematis dan
logis untuk menerangkan gejala-gejala alam dan sosial. Sedangkan pengetahuan
adalah segala sesuatu yang diketahui melalui cerita orang lain, mengalami
sendiri dan penelitian ilmiah. Apabila pengetahuan tersebut diperoleh dengan
mendengarkan cerita orang lain belum lengkap karena tidak disertai dengan
bukti-bukti. Pengetahuan yang didasarkan pada pengalaman, kebenarannya
tergantung pada ketajaman panca indera. Sedangkan pengetahuan yang didasarkan
pada penelitian kebenarannya lebih kuat karena didukung oleh fakta dan data
ilmiah.
Sebagai ilmu maka sejarah memiliki metode ilmiah yang terdiri dari tiga
aspek, yaitu :
·
Aspek
teoritis yaitu menemukan prinsip-prinsip pemecahan masalah untuk mencapai
kebenaran sejarah.
·
Aspek
metodologi yaitu mencari cara untuk menemukan kebenaran sejarah melalui proses
menguji dan menganalisa secara kritis terhadap sumber dan peninggalan sejarah.
·
Aspek teknik
yaitu ketrampilan tertentu untuk menggunakan sarana penelitian ilmiah agar
dapat memperoleh kebenaran sejarah.
Tugas ilmu
sejarah adalah untuk memahami, menerangkan dan menghidupkan kembali sebagian
masa lampau. Maka leopold von ranke menganjurkan kepada para sejarawan untuk
menulis apa yang sesungguhnya terjadi, maka sejarah akan menjadi objektif. York
powell mengatakan bahwa sejarah bukan sekedar cerita indah, instruktif dan
mengasyikkan, tetapi merupakan cabang ilmu pengetahuan. Sehingga terjadi
pemisahan antara sejarah ilmiah dengan sejarah populer, sebagai berikut :
1. Sejarah ilmiah dikenal sebagai
sejarah akademis yang dalam pembahasannya menggunakan metode ilmiah, sehingga
terkesan kaku bila dibaca. Penggunaan metode ilmiah dimaksudkan untuk
menghindari kesalahan-kesalahan bahkan memperkecilnya sehingga dapat
dipertanggung jawabkan.
2. Sejarah populer berdasarkan
sastra, sehingga menarik untuk dibaca tetapi tidak dapat dipertanggung jawabkan
kebenarannya secara ilmiah.
5. Sejarah sebagai seni
Penulisan karya sejarah sebagai kisah menggunakan sumber-sumber sejarah
yang diperoleh melalui penelitian. Sumber tersebut adalah berupa dokumen,
arsip, data statistik dan catatan-catatan peristiwa. Meskipun sejarah disusun
dengan metode ilmiah, namun dalam penyajiannya harus memperhatikan unsur
keindahan bahasa, seni penulisan dan kemampuan berpikir ilmiah.
Sejarah adalah pengetahuan tentang rasa yang dalam penyajian
peristiwa-peristiwa masa lampau memerlukan pemahaman dan pendalaman akan
bahan-bahan yang dipelajari. Pemahaman terhadap jiwa sejarah hanya mungkin
dapat dilakukan oleh seni, sedangkan metode ilmiah bermanfaat untuk menguji
arti dan nilai bahan sejarah. Maka pemahaman sejarah secara imajinatif akan
menjadikan fakta sejarah lebih berarti dan lebih hidup. Dengan melibatkan emosi
dalam penulisan sejarah, maka akan dapat mewariskan nilai-nilai luhur yang
terkandung didalam setiap peristiwa atau kejadian.
Sejarah sebagai seni akan kehilangan ketepatan dan objektifitas yang
berarti tidak ada kesesuaian antara fakta dengan penulisan sejarah. Karena seni
merupakan hasil imajinasi maka yang terjadi adalah unsur-unsur subjektifitas
dan masih terdapat pandangan individu maupun kelompok dalam penulisan karya
sejarah.
1
Tidak ada komentar:
Posting Komentar